Langsung ke konten utama
Teknik konstruksi jalla pada tanggal 28 desember 2015

Penjelasan fungsi jalla untuk perkerasan jalan, yang sekaligus sebagai konstruksi rigid pavement modified. Konstruksi Jalla ini teruji untuk tanah dasar yang memiliki kondisi yang ekstrem. Tanah dasar yang memiliki potensi kembang susut tinggi, tanah dasar yang lunak maupun tanah dasar yang memiliki gambut yang tebal. Hasil Uji riset yang dilakukan Dr. Helmy, membuktikan tingkat kehandalan konstruksi ini. Menyimpulkan bahwa beban teralurkan dengan baik melalui lebar rib dan sisinya sampai akhirnya di dukung oleh plat jalla. Kondisi ini masih dalam small strain yang berarti masih dalam batas elastis. Penyesuaian ketinggian rib diperlukan untuk di daerah peningkatan jalan. Dalam pemaparan teknis oleh katama, disampaikan oleh Hamboro widodo (divisi perencanaan dan pengembangan, PT. Katama), penggunaan metode precast untuk solusi percepatan kerja dalam mengatasi trafic manajemen di dalam pelaksanaan konstruksinya. Percepatan ini dibutuhkan untuk meminimalkan waktu pengerjakan beton insitu. Proses pembuatan beton rin dan buhul yang sudah di prefab, sangat memungkin kan waktu erection nya cepat, dan urugan dalam segitiga jalla bisa di lakukan setelah semua ter-koneksi dengan baik. Sedangkan plat jalla masih digunakan step manual dengan speed concrete agar jalan bisa segera digunakan. 
kemampuan dalam penyebaran beban dan struktur yang memiliki tingkat kekauan yang tinggi, membuat konstruksi Jalla ini dapat menahan beban MST sampai 30 Ton. 
penulis : Hamboro W,- 6 Januari 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumbu Roda Kendaraan

Sumbu Roda Kendaraan untuk Beban Titik Bergerak Sebelum melakukan analisis data untuk sebuah desain perkerasan jalan, tentu akan mengenal sumbu roda kendaraan. untuk itu mari kita mengenal gambar untuk model model sumbu roda kendaraan yang ada di Standar Perencanaan Pekerasan Jalan di Bina Marga.   Pembagian prosentase pembebanan dapat dilihat dari skema gambar diatas.  Gambar Distribusi Pembebanan pada masing masing roda dapat secara jelas di deskripsikan. Sehingga DF (damage faktor) akibat perubahan pembebanan akan menjadi acuan kerusakan pada lapis perkerasan yang didesain. Secara cepat Kendaraan jika bermuatan lebih beban dari standar normal muat nya, dapat diprediksi daya rusaknya 4 kali lebih  cepat rusak dari  waktu rencana umur disain nya. jika melebihi Po = 8.16 ton untuk masing masing Sumbu Gandar.  Semarang, 12 April 2020 Hamboro widodo,ST Pemerhati infrastruktur.   

Patching di Lubang Perkerasan Jalan

Menambal (Patching) di Lubang Perkerasaan jalan. Banyak inovasi teknologi material untuk mengatasi penambalan lubang pada perkerasan jalan. Tapi sumber utama dari kerusakan tentunya diidentifikasi dahulu agar solusi nya tepat dan manjur. Banyak Enjineer yang hanya fokus menambal pada lubang jalan aja, setelah di lakukan tambalan, maka tak berapa lama sudah ada kerusakan jalan kembali. Untuk itu perlu langkah montoring berkala secara kontinue agar di dapat hasil yang optimal. Deteksi dini dari kerusakan perlu adanya. Dan faktor utama dalam perkerasan jalan baik rigid maupun non rigid tentunya memakai standart SOP pelaksanaan yang matang. Di sini penulis pernah melakukan penambalan di sebuah kerusakan beton (rigid pavement), deteksi dini nya adalah beton di posisi setempat mengalami penurunan kualitas mutunya sehingga di lalui kendaraan maka akan langsung menjadi retakan retakan setempat dan cenderung membuat lubang. Analisis berikutnya plat beton rigid tersebut dalam posisi menggant

Modulus Elastis Tanah Dasar untuk PAVEMENT

Modulus Elastis Tanah Dasar  untuk PAVEMENT Perkerasan jalan memang untuk memudahkan pergerakan moda atau barang satu daerah ke daerah lainnya. Tentunya jalan yang bagus, akan mempengaruhi kecepatan dan waktu lebih pasti. Rekayasa enjineering digunakan untuk membuat disain jalan yang bagus. Ilmu perkerasan jalan pun diperkenalakan dari makadam, telford, sampai dengan aspal dan terakhir rigid. Perkembangan rigid sangat dipengaruhi material semen dengan ketersedianya semen yang cukup maka harga beton rigid nya akan murah. Dasar untuk menentukan ketebalan rigid pun juga didasarkan pada modulus tanah yang diperbaiki di bawahnya.NAASRA (1950) dan Powell,Potter,Mathey dan Nunn (1984) Menurut Heukelom dan klom (1962) nilai E = 1500 x CBR (psi) untuk jenis tanah non ekspansive dan CBR terendam.  Menurut Powell (1984) nilai E diperoleh juga hubungan E = 17.6 x CBR 0.64  (Mpa), Menurut NAASRA (1950)  untuk CBR kurang dari 5% maka E = 16.2 x CBR 0.7 (Mpa), sedangkan untuk CBR l