Langsung ke konten utama

Solusi Inovasi Jalan di atas Tanah Lunak

Perkerasan Jalan di atas tanah lunak
Pembangunan jalan di atas tanah lunak menjadi perhatian kita semua sebagai enginer sipil di lapangan. pemakaian inovasi teknologi perkerasan jalan merupakan hal mutlak di lakukan, dikarenakan jika memakai teknologi lama, maka biaya nya sangat tinggi hanya untuk mencapai kekuatan tanah ideal untuk Jalan. teknologi lama yaitu salah satu nya makadam, telford maupun perkerasan lentur tentu sangat mahal jika tanah dibawahnya masih memiliki daya dukung rendah.
persyaratan dari bina marga yang minimal CBR 4%-5% tentunya bisa dilaksanakan untuk tanah yang relatif stabil. jika masih belum stabil maka diperlukan perbaikan tanah dasarnya tsb. penambahan urugan yang di modif ddengan stabilisasi tanah tentunya bisa dilakukan. contoh nya dengan menambah sement pada tanah yang dicampurkan , serta dipadatkan (soil cement). atau menambah jenis urugan lime stone, yang memiliki sifat mengikat air dan kepadatan yang tinggi untuk tanah dasar. atau kombinasi urugan  tanah yang dipadatkan dalam pola segitiga rib beton, seperti dalam konstruksi sarang laba - laba (PT. Katama), seperti jalan di Dumai 2012 di atas gambut dengan urugan peninggian, jalan trans kalimantan Barat 2008 dengan kondisi tanah dasar lunak.  jalan 2010 di bojonegoro dengan kondisi tanah dasar kembang susut, jalan di tambak lorok 2018, dengan kondisi tanah dasar lunak dekat pasang surut muka air laut.
Semarang,28 Februari 2020
Hamboro Widodo,ST
pemerhati infrastruktur

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumbu Roda Kendaraan

Sumbu Roda Kendaraan untuk Beban Titik Bergerak Sebelum melakukan analisis data untuk sebuah desain perkerasan jalan, tentu akan mengenal sumbu roda kendaraan. untuk itu mari kita mengenal gambar untuk model model sumbu roda kendaraan yang ada di Standar Perencanaan Pekerasan Jalan di Bina Marga.   Pembagian prosentase pembebanan dapat dilihat dari skema gambar diatas.  Gambar Distribusi Pembebanan pada masing masing roda dapat secara jelas di deskripsikan. Sehingga DF (damage faktor) akibat perubahan pembebanan akan menjadi acuan kerusakan pada lapis perkerasan yang didesain. Secara cepat Kendaraan jika bermuatan lebih beban dari standar normal muat nya, dapat diprediksi daya rusaknya 4 kali lebih  cepat rusak dari  waktu rencana umur disain nya. jika melebihi Po = 8.16 ton untuk masing masing Sumbu Gandar.  Semarang, 12 April 2020 Hamboro widodo,ST Pemerhati infrastruktur.   

Patching di Lubang Perkerasan Jalan

Menambal (Patching) di Lubang Perkerasaan jalan. Banyak inovasi teknologi material untuk mengatasi penambalan lubang pada perkerasan jalan. Tapi sumber utama dari kerusakan tentunya diidentifikasi dahulu agar solusi nya tepat dan manjur. Banyak Enjineer yang hanya fokus menambal pada lubang jalan aja, setelah di lakukan tambalan, maka tak berapa lama sudah ada kerusakan jalan kembali. Untuk itu perlu langkah montoring berkala secara kontinue agar di dapat hasil yang optimal. Deteksi dini dari kerusakan perlu adanya. Dan faktor utama dalam perkerasan jalan baik rigid maupun non rigid tentunya memakai standart SOP pelaksanaan yang matang. Di sini penulis pernah melakukan penambalan di sebuah kerusakan beton (rigid pavement), deteksi dini nya adalah beton di posisi setempat mengalami penurunan kualitas mutunya sehingga di lalui kendaraan maka akan langsung menjadi retakan retakan setempat dan cenderung membuat lubang. Analisis berikutnya plat beton rigid tersebut dalam posisi menggant

Modulus Elastis Tanah Dasar untuk PAVEMENT

Modulus Elastis Tanah Dasar  untuk PAVEMENT Perkerasan jalan memang untuk memudahkan pergerakan moda atau barang satu daerah ke daerah lainnya. Tentunya jalan yang bagus, akan mempengaruhi kecepatan dan waktu lebih pasti. Rekayasa enjineering digunakan untuk membuat disain jalan yang bagus. Ilmu perkerasan jalan pun diperkenalakan dari makadam, telford, sampai dengan aspal dan terakhir rigid. Perkembangan rigid sangat dipengaruhi material semen dengan ketersedianya semen yang cukup maka harga beton rigid nya akan murah. Dasar untuk menentukan ketebalan rigid pun juga didasarkan pada modulus tanah yang diperbaiki di bawahnya.NAASRA (1950) dan Powell,Potter,Mathey dan Nunn (1984) Menurut Heukelom dan klom (1962) nilai E = 1500 x CBR (psi) untuk jenis tanah non ekspansive dan CBR terendam.  Menurut Powell (1984) nilai E diperoleh juga hubungan E = 17.6 x CBR 0.64  (Mpa), Menurut NAASRA (1950)  untuk CBR kurang dari 5% maka E = 16.2 x CBR 0.7 (Mpa), sedangkan untuk CBR l