.
Terbayang akan kerusakan jalan
yang ada. Pada teknologi jalan asphal, hal ini akan selalu terbayang. Jalan
yang berlubang, mengalami deformasi permanen, dan lain sebagainya. Padahal dulu
sewaktu teknologi ini bayak yang menaruh harapan akan terciptanya jalan yang
mulus dan dapat dikerjakan dengan cepat. Seiiring waktu kami selaku pemerhati
infrastruktur. Jalan Tol yang minim perawatan dibuat oleh Jasa marga di ruas
tol Cikampek, yang dari awal dibangunan dari tahun 1988 sepanjang 83 km, dengan
teknologi jalan asphal hotmix, memang masih menunjukkan keandalaan nya sebagai
solusi perkerasan yang ada. Tapi di lain jalan baik tol maupun yang bukan,
kerusakan jalan aspal lebih terasa. Karena terjadinya deformasi yang permanen
dan berlubang yang juga bisa membahayakan pengguna jalan.
Gambar 1 kerusakan jalan asphal. Yang perbaikan dengan
tambal asphal kembali,
sebelum
peningkatan jalan,
Faktor – faktor penyebab
kerusakan nya pun bervariasi, dari tanah dasar nya, tidak adanya saluran
drainase, sampai pada pelaksanaan pengaspalan pun menjadi sorotan, penyebab
kerusakan jalan ber- asphal. Model nya sekarang sudah dibuat jalan rigid.
Padahal jalan rigid pun banyak yang rusak juga, hehehe blunder juga ya.
Gambar 2. Jalan beton yang rusak, terjadi crack beton arah memanjang, yang telah di perbaiki dengan
grouting. Jalan Nasional di Jawa Timur
Sedangkan rigid pavemen dapat disebut juga Perkerasan beton yang kaku ini
memiliki modulus elastisitas yang tinggi (beton mutu diatas K350), mendistribusikan beban gandar terhadap bidang area yang cukup luas bidang tertentu misal 6mx6m atau 3mx6m, sehingga bagian terbesar dari kapasitas
struktur perkerasan diperoleh dari slab
beton sendiri. Sedangkan fleksible
pavement atau jalan asphal dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari
lapisan-lapisan tebal pondasi bawah, pondasi dan lapis permukaan. Dan
ada lagi perkerasan rigid diatas permukaan asphal, dimana menentukan
ketebalan dari jenis perkerasan beton semen (rigidnya), dampaknya mengurangi
ketebalan perkerasan beton semen setebal 10 mm untuk setiap 25 mm permukaan aspal yang digunakan. Teknologi perkerasan diatas menjadi dasar
pilihan untuk perkerasan jalan di Indonesia. Sedangkan metode perkerasan soil
semen belum banyak digunakan untuk di perkotaan. Perkerasan soil semen menjadi pertimbangan
utama jika material asphal dan aggeta batu sulit di dapat. Ada teknologi matras
(mineral untuk perkerasan jalan) yang intinya adalah soil semen dicampur dengan
aditif agar lebih monolit dan menciptakan sistem kekerasan yang kenyal untuk
tanah bersemen. Sistem matras ini meningkat daya dukung tanah dasar, jalan akan
menjadi keras ketika musim hujan. Bisa digunakan hampi di segala jenis tanah yang ada.
Gambar 3 Jalan Matras, di daerah yang sulit
aggregat batu dan mengunakan peralatan yang minim
Demikian berbagai sistem perkerasan jalan yang ada, semoga bisa menambah
khasanah ilmu kita.
Penulis : hamboro, pemerhati gempa dan
infrastruktur, 4 juni 2015
Komentar
Posting Komentar