Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

Jalan KSLL modul Precast System

Jalan KSLL precast System (JPS 02)  Telah dilaksanakan uji beban kendaraan lewat membuat Tim Litbang Katama semakin kuat keyakinan nya untuk meningkatkan ke tahap selanjutnya. karena disain precast jalan ksll yang di pimpin Dirut Katama (Kris Suyanto,drs) dan peneliti kedua oleh Hamboro Widodo,ST yang penerapan dibantu saudara Kukuh Adi C beserta tim lapangan Ir. Yantara S. pada dasarnya kecepatan waktu proses pembuatan jalan merupakan kunci utama dalam pengembangan infrastruktur modern. yang penting jalan secepat mungkin bisa dilewati. produksi yang semakin mudah terkait bahan bakunya. penggunaan modul JPS 02 ini merupakan pengembangan ksll yang paten nya dimiliki oleh PT. Katama. tiga komponen dasar yaitu rib, buhul dan plat beton, rangkaian 3 ini dibuat kan dalam modul terpisah dan disambung dilapangan dengan menggunaan pasta beton (aditive) dan bahan lainnya sehingga tergabung modul yang kuat. uji coba dilewati oleh sebuah loader (kendaraan angkut bahan material) , membuat tim

TEST KEKERASAN JALAN DENGAN HWD (HEAVY WEIGHT DEFLECTOMETER)

TEST KEKERASAN JALAN  DENGAN  HWD  T ahukah anda untuk mengtahui performance dari jalan rigid beton dapat di lakukan test HWD ( test heavy defloctometer). Tes HWD ini menggunakan metode te tanpa destruktif. Dan hasil nya sangat memuaskan dan dapat mengetahui kekuatan layanan rigid tersebut. Jalan rigid jika ada performance turun akibat banyak hal. Dan saalah satu hasil penurunan adalah timbulnya retak retak rambut kecil. Jika retak rambut ini dibiarkan maka akan melebar an membuat alur retakan. Jika retakan lebih dari 5 mm ( >0,5 cm) makan perlu dilakukan pengamatan /monitoring berkala. Dan jika terus melebar maka perlu dilakukan tindakan grouting.  Pendeksian dini bisa di lakukan dengan menggunakan HWD test, jika terdapat penurunan akibat beban geofon pada titik sembarang uji maka hasilnya akan dapat diperoleh penurunan performance tanpa harus menunggu retak terjadi Gambar Landasan apron pesawat yang mengalami penurunan performance, dengan ditandai retak rambut di permu

Patching di Lubang Perkerasan Jalan

Menambal (Patching) di Lubang Perkerasaan jalan. Banyak inovasi teknologi material untuk mengatasi penambalan lubang pada perkerasan jalan. Tapi sumber utama dari kerusakan tentunya diidentifikasi dahulu agar solusi nya tepat dan manjur. Banyak Enjineer yang hanya fokus menambal pada lubang jalan aja, setelah di lakukan tambalan, maka tak berapa lama sudah ada kerusakan jalan kembali. Untuk itu perlu langkah montoring berkala secara kontinue agar di dapat hasil yang optimal. Deteksi dini dari kerusakan perlu adanya. Dan faktor utama dalam perkerasan jalan baik rigid maupun non rigid tentunya memakai standart SOP pelaksanaan yang matang. Di sini penulis pernah melakukan penambalan di sebuah kerusakan beton (rigid pavement), deteksi dini nya adalah beton di posisi setempat mengalami penurunan kualitas mutunya sehingga di lalui kendaraan maka akan langsung menjadi retakan retakan setempat dan cenderung membuat lubang. Analisis berikutnya plat beton rigid tersebut dalam posisi menggant

Modulus Elastis Tanah Dasar untuk PAVEMENT

Modulus Elastis Tanah Dasar  untuk PAVEMENT Perkerasan jalan memang untuk memudahkan pergerakan moda atau barang satu daerah ke daerah lainnya. Tentunya jalan yang bagus, akan mempengaruhi kecepatan dan waktu lebih pasti. Rekayasa enjineering digunakan untuk membuat disain jalan yang bagus. Ilmu perkerasan jalan pun diperkenalakan dari makadam, telford, sampai dengan aspal dan terakhir rigid. Perkembangan rigid sangat dipengaruhi material semen dengan ketersedianya semen yang cukup maka harga beton rigid nya akan murah. Dasar untuk menentukan ketebalan rigid pun juga didasarkan pada modulus tanah yang diperbaiki di bawahnya.NAASRA (1950) dan Powell,Potter,Mathey dan Nunn (1984) Menurut Heukelom dan klom (1962) nilai E = 1500 x CBR (psi) untuk jenis tanah non ekspansive dan CBR terendam.  Menurut Powell (1984) nilai E diperoleh juga hubungan E = 17.6 x CBR 0.64  (Mpa), Menurut NAASRA (1950)  untuk CBR kurang dari 5% maka E = 16.2 x CBR 0.7 (Mpa), sedangkan untuk CBR l