Langsung ke konten utama

Mengapa Jalan Nasional kita sering rusak

Pertanyaan yang selalu ada dalam benak pikiran saya. Saya selaku pemerhati infrastruktur yang seringkali bepergian dengan menggunakan bis antar kota antar propinsi dari Jakarta ke Jawa Tengah. Hampir tiap minggu, saya menempuh perjalanan dari dan ke jakarta. Dengan moda transportasi yang bermacam – macam, baik kereta api, kapal terbang maupung bis AKAP. Setiap perjalanan tentunya membawa arti tersendiri bagi saya. Waktu tempuh yang sependek pendeknya, yang dikarena liburan hanya sabtu dan minggu, sehingga waktu perjalanan bagi saya adalah hal yang penting. Kendala jalan rusak pasti akan sya temui dalam perjalanan ini, dari keluar pintu tol cikampek sampai semarang Jawa Tengah. Solusi dari stakeholder dan pelaksana perbaikan jalan nasional terutama pantura memang masih bersifat sementara. Kegiatan tambal sulam masih terjadi untuk  jalan – jalan yang perbaikan nya bersifat urgent. Sedangkan peningkatan jalan dengan betonisasi sudah mulai terus dilaksanakan. Apakah betonisasi sudah cukup?, ternyata probelem nya memang bukan pada permukaan perkerasan saja, melainkan pada tanah dasar yang notabene daerah pantai utara jawa memiliki kondisi tanah yang variasi. Ada yang memiliki kondisi kembang susut, tanah lunak maupun tanah lempung. Kondisi tanah ini lah yang membuat biaya perbaikan tanah dasar nya menjadi mahal. Berbagai sistem konstruksi teknologi Jalan yang bisa dilaksanakan tentunya memiliki harga pasang yang tinggi. Kendala sistem teknologi jalan yang mudah cepat dan memiliki ketahanan terhadap berbagai variasai tanah dasar ini sangat dibutuhkan. Apakah dengan pengambilan material pengeras permukaan (asphal reycling)  sudah efektif?,  mungkin dengan cost dan material tambahan tidak terlalu besar dan kecepatan dalam penangan problem kerusakan jalan bisa cepat sehingga kadangkala masih di jumpai perbaikan jenis ini. Permukaan di perbaiki tapi tanah dasar tidak, adalah percobaan penyembuhan yang bersifat sementara. Apakah dengan mengganti tanah dasar yang ada?, padahal sudah mengalami over konsolidasi untuk tanah dasar ini, jawaban ini tentu nya sama halnya membuat jalan baru dengan kondisi tanah dasar yang benar benar disiapkan untuk beban muatan dari kendaraan yang lewat. Apakah dengan pile slab, yang notebene seperti jembatan apung?, wow biaya yang fantastic ? . dari sekian yang mungkin bisa menjawab solusi perbaikan jalan nasional tersebut adalah memperkuat struktur atas sebagai bidang permukaan jalan dan sekaligus membuat kunci-an akan kondisi tanah dasar yang memiliki sifat yang ekstrem tersebut.

Penulis: hamboro-pemerhati gempa dan infrastruktur, 5 mei 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumbu Roda Kendaraan

Sumbu Roda Kendaraan untuk Beban Titik Bergerak Sebelum melakukan analisis data untuk sebuah desain perkerasan jalan, tentu akan mengenal sumbu roda kendaraan. untuk itu mari kita mengenal gambar untuk model model sumbu roda kendaraan yang ada di Standar Perencanaan Pekerasan Jalan di Bina Marga.   Pembagian prosentase pembebanan dapat dilihat dari skema gambar diatas.  Gambar Distribusi Pembebanan pada masing masing roda dapat secara jelas di deskripsikan. Sehingga DF (damage faktor) akibat perubahan pembebanan akan menjadi acuan kerusakan pada lapis perkerasan yang didesain. Secara cepat Kendaraan jika bermuatan lebih beban dari standar normal muat nya, dapat diprediksi daya rusaknya 4 kali lebih  cepat rusak dari  waktu rencana umur disain nya. jika melebihi Po = 8.16 ton untuk masing masing Sumbu Gandar.  Semarang, 12 April 2020 Hamboro widodo,ST Pemerhati infrastruktur.   

Patching di Lubang Perkerasan Jalan

Menambal (Patching) di Lubang Perkerasaan jalan. Banyak inovasi teknologi material untuk mengatasi penambalan lubang pada perkerasan jalan. Tapi sumber utama dari kerusakan tentunya diidentifikasi dahulu agar solusi nya tepat dan manjur. Banyak Enjineer yang hanya fokus menambal pada lubang jalan aja, setelah di lakukan tambalan, maka tak berapa lama sudah ada kerusakan jalan kembali. Untuk itu perlu langkah montoring berkala secara kontinue agar di dapat hasil yang optimal. Deteksi dini dari kerusakan perlu adanya. Dan faktor utama dalam perkerasan jalan baik rigid maupun non rigid tentunya memakai standart SOP pelaksanaan yang matang. Di sini penulis pernah melakukan penambalan di sebuah kerusakan beton (rigid pavement), deteksi dini nya adalah beton di posisi setempat mengalami penurunan kualitas mutunya sehingga di lalui kendaraan maka akan langsung menjadi retakan retakan setempat dan cenderung membuat lubang. Analisis berikutnya plat beton rigid tersebut dalam posisi menggant

Modulus Elastis Tanah Dasar untuk PAVEMENT

Modulus Elastis Tanah Dasar  untuk PAVEMENT Perkerasan jalan memang untuk memudahkan pergerakan moda atau barang satu daerah ke daerah lainnya. Tentunya jalan yang bagus, akan mempengaruhi kecepatan dan waktu lebih pasti. Rekayasa enjineering digunakan untuk membuat disain jalan yang bagus. Ilmu perkerasan jalan pun diperkenalakan dari makadam, telford, sampai dengan aspal dan terakhir rigid. Perkembangan rigid sangat dipengaruhi material semen dengan ketersedianya semen yang cukup maka harga beton rigid nya akan murah. Dasar untuk menentukan ketebalan rigid pun juga didasarkan pada modulus tanah yang diperbaiki di bawahnya.NAASRA (1950) dan Powell,Potter,Mathey dan Nunn (1984) Menurut Heukelom dan klom (1962) nilai E = 1500 x CBR (psi) untuk jenis tanah non ekspansive dan CBR terendam.  Menurut Powell (1984) nilai E diperoleh juga hubungan E = 17.6 x CBR 0.64  (Mpa), Menurut NAASRA (1950)  untuk CBR kurang dari 5% maka E = 16.2 x CBR 0.7 (Mpa), sedangkan untuk CBR l