Hukum keseimbangan memang berlaku
di alam ini. Dan Yang Maha Kuasa Alloh SWT, yang telah memberikan hukum – hukum
Nya melalui ayat – ayat yang bisa kita rasakan. Seperti papan kayu ungkit yang
di tengah ada sendi nya, kita harus membalancing spt papan jungkang jungking,
hehehe teringat masa kecil. Kehidupan dunia science pun tak luput akan hal
tersebut, ada nya hukum kekekalan energi. Jadi energi tidak akan hilang tapi
berubah menjadi bentuk yang lain. Perubahan bentuk atau perilaku gaya pun akan
berpengaruh kepada benda yang bersingungan atau melalui zat perantara. Seperi
kita mendorong mobil yang lagi mogok, mobil akan bergeser melalui bidang
gesernya berupa roda-rodanya . Jadi energi dorong kita berubah menjadi energi
gerak yang bisa memindahkan mobil tersebut. Jika mobil tersebut diumpamakan
dengan sebuah bangunan gedung bertingkat, maka roda – roda tadi adalah bidang
gesekannya berupa tanah dasar dan pondasi nya. Semakin kuat gaya dorongnya
menuju gedung tersebut maka semakin kuat daya cengkeramnya / jepit di pondasi
nya agar bangunan tidak runtuh atas momen yang berlebih akibat goyang tersebut.
Seperti filsafat yang kita kenal struktur mekanisme perencanaan design capasitas yang disebut
kolom kuat dan balok lemah. Jika ada gaya dorongan gempa kuat maka diharapkan
kolom masih tegak dan balok duluan yang mengalami keruntuhan. Contoh gambar 1 yang gedung nya
telah kolomnya runtuh dahulu akibat gempa:
Dari gambar 1 diatas, didapati bahwa kolom lantai 1 telah hancur dan
bangunan 3 lantai menjadi 2 lantai. Bisa di bayangkan kalau ada kegiatan
manusia kerja di lantai 1, apa nggak mungkin semuanya pasti menjadi korban
runtuhnya gedung tersebut. Sesuai tema di atas, sudah saat kita kita mempunyai
teknologi yang mampu menyeimbangkan gaya dorongan gempa menjadi energi lain
sampai teredam sendirinya. Gaya gempa tersebut akan terdistribusikan sesuai massa
bangunan per lantainya. Teknologi pondasi ramah gempa dari penemuan bangsa
Indonesia sendiri diharapkan menjadi solusi di daerah yang rawan gempa. Pondasi
ini sanggup meredam gaya gempa tersebut dan bahkan diharapkan mampu mereduksi
menjadi energi energi yang lain. Redaman berasal dari timbunan di bawah pelat
ksll nerupa pasir urug padat yang di mempunyai ketebalan 40 cm. Pondasi ramah
gempa ini dikenal pondasi konstruksi sarang laba – laba. Bisa digunakan untuk pondasi
gedung ber-tingkat 2 – 8 lantai. Perilaku pondasi dangkal dan memiliki tahanan samping
yang tinggi, sehingga gempa yang kuat akan membuat pondasi dan gedungnya
bergoyang. Goyangan ini seperti ayunan seorang petinju yang bergoyang akibat
pukulan lawan .
Teknologi pondasi yang lain dari masyarakat
Jawa di Jogja, ada yang mengenal balok glugu kelapa yang ditaruh sebelum slope
terpasang atau kayu penghubung yang berada di bawah serta urugan pasir padat
dibawahnya. Bangunan ini berupa rumah sederhana atau bangunan joglo di daerah Jogja. Dan akibat gempa jogja mei
2006, berkekuatan 5,6 SR , rumah rumah ini masih eksis dan tidak rusak.
Penulis : hamboro, pemerhati
gempa dan infrastruktur, 20 mei 2015.
Komentar
Posting Komentar